Inilah Alasan Mengapa Harga Bitcoin (BTC) Terkoreksi

Makrufi.com – Jika berbicara soal mata uang crypto, harga Bitcoin (BTC) terkoreksi tidak pernah bisa lewat dari pembicaraan. Beginilah alasan mengapa harga Bitcoin (BTC) pertama di dunia ini tidak pernah gagal menarik perhatian para investor.

Selama beberapa tahun terakhir, Bitcoin konsisten bertengger pada peringkat pertama mata uang kripto dengan harga dan kapitalisasi pasar tertinggi.

Nilainya meningkat jutaan kali lipat jika dibandingkan dengan 13 tahun lalu ketika pertama kali diluncurkan.

Inilah Alasan Mengapa Harga Bitcoin (BTC) Terkoreksi

Terlepas dari nilainya yang meningkat, harga Bitcoin terus turun selama beberapa bulan sebelumnya meskipun nilainya meningkat.

Untuk memahami mengapa harga Bitcoin turun, ada baiknya untuk memiliki koreksi dasar tentang apa itu koreksi mata uang kripto.

Apa Itu Koreksi dalam Mata Uang Crypto?

Investopedia mendefinisikan koreksi sebagai penurunan harga sekuritas sebesar 10% atau lebih dari harga tertinggi sebelumnya. Investor cenderung melebih-lebihkan harga cryptocurrency.

Jika ini masalahnya, pasar akan mengoreksi dirinya sendiri ketika bulls aus dan akan membutuhkan beberapa waktu untuk pulih.

Kelelahan terjadi ketika sebagian besar pembeli telah membeli aset dan relatif sedikit pembeli baru yang melanjutkan tren kenaikan.

Dengan demikian, harga akan turun ketika pesanan penjualan bertambah dan buku pesanan tidak memperoleh entri pembelian yang cukup.

Penyebab Harga Bitcoin (BTC) Terus Terkoreksi

Koreksi sering terjadi sebagai akibat dari peristiwa kecil dan faktor teknis. Misalnya seperti pembeli di pasar yang menghadapi tingkat resistensi secara intens, volume perdagangan yang rendah, dan lain sebagainya.

Dalam kasus Bitcoin, setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat harganya terus terkoreksi. Berikut ini beberapa penyebabnya:

Perusahaan Tiongkok Evergrande Gagal Membayar Hutang

Pada September 2021, harga Bitcoin (BTC) meluncur tajam hingga kurang dari US$1,9 triliun.

Hal serupa kembali terjadi pada penghujung tahun 2021, di mana Bitcoin kembali terkoreksi 3,75 persen, menyebabkan harganya turun ke level US$48.395 per BTC pada 10 Desember 2021.

Salah satu penyebab koreksi harga BitBTC ini adalah kasus perusahaan properti Tiongkok, Evergrande, yang gagal membayar utangnya.

Peringkat perusahaan properti raksasa Tiongkok ini dipangkas oleh Fitch Ratings (lembaga pemeringkat internasional) menjadi gagal bayar atau default.

Kasus ini memberikan sentimen negatif pada pasar Bitcoin dan mata uang kripto lainnya.

Kendati faktor ini terdampak sebelumnya terhadap penurunan nilai kripto nomor ini, namun koreksi terbaru beberapa hari lalu, juga masih terkait ini.

Salah satu yang tersangkut di sini adalah perusahaan Tether, penerbit stablecoin USDT disinyalir punya aset berupa surat utang (obligasi) Evergrande. Belakangan Tether menolak spekulasi itu.

Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat Kuatkan Dolar AS

Penyebab koreksi harga Bitcoin lainnya adalah fokus investor yang sedang teralih pada arah kebijakan Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat.

Berdasarkan rapat yang sudah dilaksanakan pada Desember 2021 lalu, The Fed memutuskan untuk mempercepat tapering hingga Maret 2022, lalu menaikkan suku bunga untuk menghambat kenaikan inflasi.

Hal ini dianggap berpotensi menurunkan tekanan beli aset seperti saham dan kripto.

Karena pada muaranya, nilai dolar AS terdongkrak berikut imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Keputusan tersebut akhirnya memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertimbangan investor dalam mengalirkan dananya di Bitcoin.

Kebanyakan investor mengambil sikap untuk menunggu dan mengamati respons pasar terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertransaksi.

Ketidakpastian regulasi stablecoin

Regulasi stablecoin yang tidak pasti juga menjadi salah satu penyebab koreksi harga Bitcoin.

Mata uang digital yang sengaja dirancang dengan pergerakan lebih stabil dari mata uang kripto lainnya ini dinilai memiliki risiko secara sistemik.

Oleh Financial Stability Oversight Council atau otoritas pengawasan stabilitas keuangan Amerika Serikat.

Pengamatan ini berujung pada kemungkinan dibentuknya regulasi ketat terkait stablecoin.

Di balik harga yang terus terkoreksi, sebenarnya tren positif Bitcoin diprediksi akan terus berlanjut dalam jangka panjang.

Harga Bitcoin akan naik lagi setelah koreksi, seperti yang terjadi pada November 2021 ketika memecahkan rekor tertinggi hampir US$68.500.

Dengan harga saat ini, Jumat (7/1/2021) pukul 20:19 WIB berada di kisaran US$42.255, nisbah dengan harga tertingginya sekitar 38,49 persen.

Namun apresiasi positif terhadap kripto ini masih apik, mengingat sejumlah pengamat memproyeksikanya bisa mencapai US$100 ribu per BTC pada tahun 2022 ini. Proyeksi lebih mendalam baru saja diterbitkan oleh Bloomberg Intelligence.

Salah satunya adalah prakiraan bahwa harga BTC dan ETH akan terus turun. Namun, Bitcoin masih terkendala oleh beberapa kendala.

Terlepas dari reputasinya sebagai cryptocurrency “paling aman”, Bitcoin rentan terhadap perubahan harga dan nilai yang liar.

Investor di mata uang kripto paling populer di dunia harus berhati-hati dan mengawasi suasana pasar.

Kamu  dapat mempelajari analisis teknis untuk meningkatkan lebih banyak tentang penurunan dan penurunan nilai Bitcoin.

Tren koreksi Bitcoin ini bisa diprediksi lewat analisis teknikal dengan indikator RSI (Relative Strength Index) atau Fear and Greed Index.

Saat ini, berdasarkan indikator Moving Average 50 dan 200, harga Bitcoin (BTC) cenderung akan membentuk Death Cross di time frame harian.

Oleh sebab itu, untuk entry kembali agar raihan lebih optimal, disarankan ketika kelak Golden Cross terbentuk. Selain itu juga terdapat kabar baik mengenai prediksi crypto tahun 2022.

FAQ

Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan mengenai alasan mengapa harga bitcoin (BTC), antara lain:

1. BTC Turun Karena Apa?

Nilai Bitcoin terus menurun selama beberapa waktu. Alasannya adalah pergolakan besar-besaran di sektor bitcoin.

Menurut Forbes, yang saat ini dimulai pada bulan Mei tahun lalu sebagai akibat dari data indeks harga konsumen (CPI) yang menakutkan.

2. Kapan Bitcoin Akan Turun?

Menurut Harnett, Bitcoin akan jatuh nilainya sama pada tahun 2022. Dia menyatakan bahwa posisi yang kemungkinan akan menjadi yang terendah sejak tahun 2021 adalah di angka 13.000 dolar AS per koin.

3. Apa yang Mempengaruhi Harga Crypto?

Harga Aset Kripto ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan. Ini adalah aturan pasar.

Harga Aset Kripto naik ketika populer dan banyak permintaan. Jika pasokan berlimpah tetapi permintaan langka, harga akan turun.

Kesimpulan

Nilai Bitcoin (BTC) telah melonjak satu juta kali dibandingkan dengan 13 tahun yang lalu. Investor cenderung melebih-lebihkan harga cryptocurrency.

Harga akan turun ketika pesanan penjualan bertambah dan buku pesanan tidak memperoleh entri pembelian yang cukup.

Ada tiga penyebab utama yang membuat harga terus terkoreksi. Kebijakan moneter Federal Reserve AS meningkatkan nilai dolar.

Tether dikatakan memiliki aset berupa obligasi Evergrande. Mata uang digital ini, yang sengaja dimaksudkan agar lebih stabil dibandingkan mata uang kripto lainnya, juga menjadi salah satu faktor koreksi harga Bitcoin.

Harga Bitcoin (BTC) sekarang membentuk Death Cross pada kerangka waktu harian berdasarkan indikator Moving Average 50 dan 200.

Namun, apresiasi yang menguntungkan untuk kripto ini masih bagus, mengingat beberapa analis memperkirakan akan mencapai US$100 ribu per BTC pada tahun 2022.

Cek Berita dan Artikel Makrufi.com Lainnya di Google News